
Aku pergi ke Uni
Emirates Arab, tepatnya ke Ruwais. Aku sengaja pergi ke sana untuk bertemu
seorang karib lama, seorang sahabat seperjuangan. Aku sengaja pergi sana hanya
untuk mengucapkan ucapan selamat ulang tahun.
Ia adalah Afi. Sahabat
karib yang pernah menemaniku selama 3,5 tahun terakhir ini. Sahabat karib yang
juga aku pernah merasakan macam - macam permasalahan kehidupan dengannya. Mulai
dari kami yang saling bantu - membantu dalam berbagai hal, hingga kami yang
pernah bermusuhan besar selama seminggu penuh yang hanya dikarenakan sebuah
masalah sepele semacam kopas artikel blog. Mungkin karena saat
itu memang sedang gencar-gencarnya peperangan blog informasi di sekitar
pergaulan yang terjadi di sekolah kami. Tepatnya di sekitar pergaulan aku, Afi,
Agus, dan beberapa teman lainnya.
Ia adalah Afi. Sahabat
sekaligus menjadi saksi hidup pada tragedi Wotaisme : 1313 itu. Sahabat yang
juga teman seperngaidolan ku. Sahabat yang juga pernah menertawaiku saat aku
terpeleset ketika baru keluar dari Mushalla. Sahabat yang juga
teman seperkhayalan ketika jam malam dan saat semua lampu telah dimatikan
disehingga kegelapan menyelimuti asrama Essembel. Sahabat yang
diantara kami juga ada rahasia-rahasia yang masing-masing dari kami belum
memecahkannya dan menganggapnya sebagai suatu misteri, hingga hari ini.
Dari bandara aku
langsung menuju ke alamat rumahnya. Aku berdiri di depan pintu, lalu
mengetuknya. Aku langsung disambut oleh Afi dan keluarganya dengan sambutan
yang begitu hangat, bak layaknya mereka menganggapku itu adalah bagian dari
mereka sendiri. Aku pun diizinkan untuk menginap di rumah itu.
Afi seolah terkejut
dengan kedatangan ku yang tiba-tiba. Menyadari kelakuan afi yang seperti itu,
aku langsung melontarkan pertanyaan.
"Woy, ko tau
tanggal berapa ini?"
"Ya, tentu. Ini
tanggal 11 Maret, ada apa?" Ia seperti sedang menebak-nebak tentang apa
kaitannya dengan tanggal hari ini.
"Hahaha... maaf aku
gak bawa apa-apa. Aku bisanya cuma bawa diri. besok itu ulang tahun ko, ingat?"
Afi sempat terdiam
sejenak
"Jadi ko datang
jauh-jauh dari Aceh cuma untuk hal bodoh seperti ini? Mendingan ko samperin oshi
ko di theater sana. Jauh lebih murah, bukan?"
"Itulah sahabat,
lagian aku juga pengen rasain gimana itu Uni Emirates Arab yang kaya itu
gimana. Hehehe..."
Afi akhirnya mengajak
aku untuk berjalan-jalan di sekitar kompleksnya, Ruwais. Aku tak menolaknya.
Tubuh ini bagai tak lelah walau baru saja melakukan perjalanan yang amat
panjang. Ia sempat memperkenalkan ku pada beberapa teman-temannya. Mereka semua
berbicara dalam bahasa Inggris yang teramat fasih. Namun diantara
teman-temannya, banyak juga yang berasal dari tanah indonesia ini.
"Oi, ko liat
anak yang diujung sana?" tanya Afi sambil mengarahkan jari telunjuknya ke arah
kawanan beberapa remaja yang sedang tampak asik bercengkrama membahas sesuatu.
"Yang mana? terlalu
banyak orang disana"
"Itu, yang pake jilbab,
yang jilbabnya berwarna merah muda"
Pandangan ku yang semula
mencari-cari kini terfokus kepada seorang perempuan cantik berwajah Indonesia
namun juga seperti oriental, bertubuh agak tinggi untuk ukuran perempuan
remaja, dan juga memakai jilbab berwarna merah muda.
"Itu kawan paling
dekat aku disini. Tapi ingat, kami cuma temenan"
"Yaelah,
siapa pulak yang berpikir berlebihan. Dasar ko, fi!"
"Sebenarnya yang
aku suka ada. Cuma dia orang Philipine, dan masalahnya dia.... kristen!"
Tampang lesu langsung terpampang mengganti ekspresinya sebelumnya terlihat
begitu semangat dan ceria di sepanjang perjalanan ini.
"Yah, jangan lesu kek gitu
juga lah, fi. Kalo ko emang betolan, coba berjuang bujuk dia
ke Islam. Itupun kalo dia mau sama ko! Hahahaha...."
Aku tertawa cekikikan sendiri, tapi Afi hanya terdiam. Tampak ia berusaha
memikirkan kata-kata ku barusan.
"Tapi tenang, fi! Kalo
ko gak dapatin yang itu, disana seseorang masih menunggu. Wan khairum
minha, Wan lebih baik daripadanya." serobotku lagi
"Wah, dasar ko! Masa
lalu jangan ko ungkit lagi" Aku hanya bisa ketawa. Begitu
juga Afi, senyuman lebar menghiasi wajahnya...
Kami melanjutkan jalan
ini. Bukannya mengarahkan ku kembali kerumah, ia malah membawa kami ke sebuah
pantai yang berada tak jauh dari Ruwais. Pasir-pasir yang berwarna keemasan
terbentang di bawah langit sore itu, begitu juga laut. Mereka menjadi pemandangan
yang amat indah. Aku berdiri disebelah Afi menyaksikan itu. Aku merasakan hal
aneh, mengapa hanya kami besaja yang menikmatinya saat itu, apakah orang-orang
disini sudah sangat bosan dengan semua ini?
Perlahan kupalingkan
wajahku ke kiri untuk melihat Afi, dan aku terkejut : ia hilang entah kemana.
Lalu tiba-tiba debu-debu pasir pantai itu berterbangan mengitari tubuhku dengan
sangat kencang. Pandanganku perlahan-lahan makin kabur, tubuhku terasa sangat
lemah, dan tiba-tiba kesadaran ini mulai pudar hingga aku jatuh terbaring
pingsan.
Tiba-tiba aku terbangun. Terbangun disebuah ruangan yang
jelas tak asing bagiku. Aku terbangun di kamar tempat tinggalku. Baju Batik
ungu khas seragam hari Rabu dan Kamis masih menyelimuti tubuh ini. Aku
mengarahkan bola mata ini kesana-sini. Kembali ku menyadari itu hanyalah sebuah
mimpi.
Karena mimpi itu, aku jadi teringat sosok Afi yang pernah
menjadi teman terdekatku dari 96 siswa di Angkatan Delapan itu. Teringat pada
aktivitas yang pernah terjadi, project-project yang pernah tergarap, juga lelucon-lelucon
yang pernah kami tawakan bersama. Dan tidak lupa juga pada bagaimana ia selalu
menganggap salah segala hal yang diperbuat oleh Sultan.
Dalam waktu dekat di tahun ini juga ia akan kembali ke
Indonesia ini, lalu aku, Afi, juga Sultan akan bisa berkumpul dan pergi bersama
lagi, buat project lagi, minum kopi bareng
lagi, ngaidol bareng lagi, juga aku akan menantang kemampuannya menari diatas
keyboard untuk berFIFA-ria bersama, lagi...
Aku berusaha
menggerakkan badan ini tapi semuanya terasa berat dan lemah. Aku hanya
terbaring, yang kuingat sedang meriang dan demam. Aku berusaha melihat arloji
yang kurang lebih menginformasikan bahwa jam sudah menujukkan pukul 12:35.
Ternyata aku hanya tertidur selama 20 menit, dan aku puas. Itu adalah 20 menit
yang menyenangkan untuk bisa mengingat seorang karib lama...
I’ll go to UAE, Fi.....
but not now!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar